Episode
1 diakhiri saat Kim Tan menawari Eun Sang ditempatnya.
Kim
Tan: Kau ingin datang ke tempatku?
Episode 2
Eun
Sang malah bertanya apakah tempat Kim Tan lebih aman. Tan berkata ia tidak tahu
tempatnya lebih aman atau tidak, tapi yang pasti lebih baik dari di sini.
“Bagaimana? Apa kau mau ikut?” Eun Sang masih kelihatan bimbang.
Ternyata Eun Sang menerima tawaran Tan, karena dilihatkan Eun Sang yang
mengikuti Tan masuk dalam rumah. Saat melangkahkan kaki rumah Tan, Eun Sang
ternganga melihat betapa besar dan megah rumah itu. (mungkin hanya ada di
drama2 korea Secret Garden, City Hunter, BBF dll.)
Iapun
mengikuti Tan ke bawah masih dengan lihat2 sekeliling. Setelah mengambil minum
Tan duduk di sofa dengan santai. Eun sang tanya
“Keluargamu
tidak ada di sini?
"Tidak."
"Kau
tinggal sendiri di sini?"
"Ya,
kenapa?" Eun Sang kaget saat mengetahui Tan tinggal sendirian dalam
rumah itu.
“Siapa
kau? Apa kau pengedar narkoba? “ (apa gara2 temennya dan polisi tadi, sehingga
gak berfikir lg hehe)
Ia
tanya apa yang Tan lakukan untuk membiayai hidupnya. Tan kaget tak percaya Eun
Sang mengira ia seorang pengedar narkoba. Eun Sang berkata petugas polisi tadi
tampaknya mengenal Tan, dan juga teman Tan si Jay langsung menghirup bubuk itu
begitu kemelihatnya (ternyata benar karna itu.....)
“Kau
benar. Tapi….” Tan berdiri lalu berjalan mendekati Eun Sang. “Kenapa kau pikir
bahwa aku hanya menjual narkoba? Orang yang mengambil paspormu tadi apakah kau
pikir benar polisi?”
Eun Sang semakin takut dan mengambil tasnya untuk menutupinya dan
memperingatkan Tan untuk tidak lebih dekat lagi. Tapi ia tidak bisa mundur lagi
karena belakangnya pintu. Tan mendekatkan wajahnya dan tersenyum tipis.
“Ini kamarmu. Panggil aku jika kau butuh sesuatu,” katanya dan membukakan pintu
di belakang Eun Sang lalu pergi. (jd keinget drama city hunter)
“Ada
apa itu tadi?” gumam Eun Sang, yang masih shock dan memeluk tasnya makin
erat.
Eun
Sang masuk ke kamarnya dengan membawa tas dan kopernya. Kemudian duduk dan
memijat kaki dan tangannya yang kelelahan. Ia teringat kakaknya yang melarikan
diri setelah mengambil uangnya. Tapi ia ingat bahwa belum makan lagi sejak
turun dari pesawat.
Eun Sang pelan-pelan membuka pintu kamar dan tengak tengok. Di luar gelap. Tan
sedang membereskan buku-bukunya mendengar suara. Dari lantai 2 ia melihat ke
lantai bawah. Ia melihat Eun Sang mengendap-endap melintasi ruang tamu.
Eun Sang membuka kulkas di dapur. Di dalamnya hanya ada berbagai makanan
kaleng. Ia mengambil beberapa dan mulai makan di dalam kegelapan.
Tiba-tiba
lampu menyala. Eun Sang menyadari ia sudah tertangkap basah. Tapi ia sudah
mempersiapkan diri. Ia memintaa maaf dan berkata ia hanya memakan makanan yang
basi alias kadaluarsa. Lalu ia menyodorkan uang US$ 5 di atas meja untuk
mengganti makanan-makanan tersebut.
Tan
menghampirinya dan melihat masa kadaluarsa pada kaleng-kaleng itu. Ia berkata
bagaimana bisa kau memakan ini. Eun Sang tidak bisa menjawab hanya bilang dia
juga mengambil minuman kaleng dan buru-buru pergi.
“Hei!”
panggil Tan. Ia bertanya apakah Eun Sang tidak akan membereskan sampah bekas
makanannya. Eun Sang mulai membereskan kaleng-kaleng itu.
Tan
terus menatapnya. Eun Sang bertanya bagaimana caranya memilah sampahnya. Tan
tidak tahu karena ia tidak pernah melakukannya.
“Siapa namamu?” tanya Tan.
“Aku
lupa mengatakannya padamu tadi. Terima kasih sudah membiarkan aku tinggal.”
Jawab Eun Sang
“Itu
nama yang panjang.” Jawab Tan
Eun Sang hanya menunduk. Tan mengerti Eun Sang tidak mau memberitahu namanya.
Ia berkata Eun Sang tidak perlu berterima kasih padanya. Ia tidak membantu Eun
Sang tapi sebagai ganti rugi atas bubuk kacang Eun Sang yang ia tahu seharusnya
untuk Eun Suk kakaknya.
Sekretaris
Yoon memberitahu Kim Won bahwa Hotel Zeus (milik ayah Young Do) langsung
menghubunginya begitu tahu Won memesan penerbangan ke Amerika. Mereka menawari
Won untuk menginap di sana.
“Dia
sudah bersikap seakan-akan ia pemegang saham hanya karena ia bertunangan dengan
Presiden Lee (ibu Rachel Yoo) dari RS international,” ujar Won sinis.
Mendengar
itu Sekretaris Yoon terdiam seperti memikirkan sesuatu (kelihatannya mereka
mempunyai hubungan, tapi belum tau). Sadar sekretarisnya berhenti Won tanya
“Ada apa?”. Sekretaris Yoon berkata tidak ada apa-apa, ia akan menolak
penawaran Hotel Zeus itu dengan sopan.
Kemudian
Sekretaris Yoon menyodorkan daftar tamu yang akan menghadiri pesta keluarga
yang akan datang . Ada 51 tamu, yang datang bersama keluarga mereka. Won
menatap Sekretaris Yoon dengan tajam dan tidak mengambil daftar itu.
“Saya
sudah mengirimnya lewat email,” kata Sekretaris Yoon mengerti dan menurunkan
daftar itu.
“Kalau
begitu untuk apa kau menyalinnya (daftar nama dalam bentuk kertas)?” tanya Won
dengan kesal.
Ia lebih kesal setelah tahu ayahnya yang menyuruh Sekretaris Yoon memberikan daftar nama itu lagi dalam bentuk dokumen. Sekretaris Yoon berkata ia sudah memberitahu presdir kim perihal rencana perjalanan Won ke Amerika.
Won
bertanya apa Sekretaris Yoon pikir ia tidak bisa memberitahu ayahnya sendiri?
“Aku
sudah lama ingin bertanya padamu. Sebenarnya kau bekerja pada siapa saat ini?
Aku atau ayahku?”
“Aku
selalu bekerja untuk Grup Jeguk.”
“Begitu,”
kata Won sinis.
Sekretaris
Yoon sambil tersenyum berkata Won saat ini seperti seseorang yang marah pada
pacarnya karena berselingkuh.
“Kau
salah. Aku malah menyarankanmu untuk selingkuh karena kau terlalu setia. Atau
kau mungkin harus pensiun bersama dengan Ketua.” Kata Won
“Apa
ada saran lain?” tanya Sekretaris Yoon tenang.
Won
menyadari itu berkata Tidak ada yang membuatmu takut. Kesalahan lain yang
Ayahku perbuat. Won langsung pergi meinggalkan sekretaris Yoon. Sekretaris
Yoon hanya memandang Won yang berjalan menjauh dengan tatapan lembut atau
kasihan. Ia mendoakan keberangkatan Won.
Dirumah
Presdir kim sedang minum teh bersama istri ke-2, ibu Won yang sudah meninggal
adalah istri pertama dan ibu Tan adalah wanita simpanan >,<) . Presdir
kim duduk di kursi roda yang menampakan kesehatannya kurang baik sambil minum
teh. Ia berkata ia baru menyadari sekarang kalau kesehatan adalah yang
terpenting. Ia berkata untuk jangan sakit dan makan makanan yang sehat.
“Jangan
perhatian begitu. Itu tidak akan untuk membuatku menceraikanmu,” ujar Ji Suk.
Presdir
kim tertawa. Ia berkata ia tidak pernah memintanya, tapi Ji Suk yang membawa
ibu Tan masuk dalam keluarga mereka. Ji Suk berkata ia tidak punya pilihan
lain. Daripada presdir kim terus mengumbar aibnya di depan umum, lebih baik ia
membawanya masuk agar tetap tersembunyi.
“Aku
tahu, aku yang berbuat kesalahan.”
“Bagus
kalau kau tahu. Tapi aku tidak akan pernah menceraikanmu. Karena itu aku
membawanya masuk. Untuk memerangkapnya dalam kandang hingga ia tidak bisa melakukan
apapun lagi sampai mati.”
Presdir
kim tertawa. Ia berkata biasanya semakin lanjut usia, hati akan semakin lembut.
Tapi Ji Suk tidak pernah berubah.
“Mungkin
karena aku tidak punya anak,” kata Ji Suk tersenyum getir.
Di
luar kamar, Nyonya Han (ibu Kim Tan) mencoba menguping pembicaraan mereka. Won
melihatnya. Nyonya Han buru-buru berkata kalau ayahnya dan Ji Suk tidak
membicarakan Won.
“Mereka
hanya menghina diriku,” katanya tersenyum.
Won
tidak menanggapinya dan hendak mengetuk pintu. Nyonya Han mendahului Won
Tok tok tok.
“Won
datang,” serunya dari luar pintu. Ia menyuruh Won masuk karena ibunya
berkunjung.
“Aku
tidak punya ibu di rumah ini,” kata Won.
“Baiklah,
dia ahjumma. Ahjumma yang mengasuhmu,” ujar Nyonya Han.
Won
bertanya apa Nyonya Han akan menguping.
“Aku
pergi. Ahjumma ini juga akan pergi,” kata Nyonya Han.
Won
menemui ayahnya dan ibu tirinya. Ji Suk menyapanya. Won balas menyapa dengan
kaku. Ji Suk mengeluh Won tidak pernah menyapanya lebih dulu. Ia mengingatkan
ia yang sudah mengasuh Won selama 10 tahun sebelum Won pergi ke Amerika.
“Aku
mungkin tidak menyayangimu, tapi aku tetap melakukan yang terbaik. Jangan
perlakukan aku seolah aku ibu tiri yang jahat.” Kata Ji Suk
“Maaf
aku mengecewakanmu setelah 10 tahun berusaha,” ujar Won tenang.
Ji
Suk kesal melihat sikap Won seperti ini padanya. Tapi sebelum mereka sempat
berdebat lagi, presdir kim menghentikan mereka. Maka Ji Suk pun pergi
meninggalkan mereka.
Presdir
Kim berkata “aku dengar kau akan pergi ke Amerika”. Presdir Kim berkata orang
Amerika sangat menghargai perusahaan yang dijalankan turun temurun oleh
keluarga dan bagi mereka keluarga adalah yang utama.
“Jadi
sebaiknya kau juga membawa serta Tan.”
“Aku
akan….”
“Dengarkan
aku. Aku akan memberitahu Sekretaris Yoon.”
“Ini
adalah urusanku. Aku akan…”
“Aku
hanya melakukan tugasku. Perusahaan ini belum menjadi perusahaanmu,” potong
Presdir Kim. Dan Won pun tak bisa berkata apa-apa lagi.
Nyonya
Han menggiring Ji Suk ke tempat sepi. Ji Suk berkata ia sedang sibuk. Ia
menegur Nyonya Han karena tidak menggunakan bahasa formal dengannya. Dengan
enteng Nyonya Han berkata ia menggunakan bahasa singkat untuk menghemat waktu
Ji Suk. Ia dengar Ji Suk akan menemui keluarga Rachel. Ia berkata kenapa
mereka meminta Ji Suk menemui mereka.
“Mengapa
kau begitu peduli? Apa kau akan pergi?” tanya Ji Suk sinis.
“Aku
bertanya karena aku tidak bisa pergi. Aku harus tahu apa yang terjadi karena
aku akan menjadi besan mereka.”
“Siapa
besanmu? Apa kau lupa bahwa Tan adalah puteraku?” tanya Ji Suk.
“Berhentilah
haus kekuasaan. Kau akan menyesalinya nanti. Tan tidak akan senang mengetahui
ibunya diperlakukan semena-mena seperti ini,” kata Nyonya Han.
Ji
Suk bertanya apa Nyonya Han sedang mengancamnya. Nyonya Han tidak menyangkal.
“Omong
kosong. Kau pikir kau ini benar-benar nyonya rumah karena hanya karena mereka
memanggilmu Nyonya Han? Selama aku masih hidup, kau tidak akan pernah menjadi
istri suamiku. Aku akan memastikan kau tetap jadi wanita simpanan. Apa kau
mengerti?” kata Ji Suk dengan nada menghina.
Perkataan
Ji Suk tepat mengenai sasaran. Nyonya Han tak mampu membalas. Setelah kepergian
Ji Suk, Nyonya Han menangis lalu menelepon anaknya.
"Tas
wanita lain….rumah wanita lain…suami wanita lain…. Ia tidak bahagia karena ia
menginginkan kehidupan wanita lain untuk hidupnya,” tulis Han dalam
bukunya. “Ia adalah….” Tan melihat ponselnya yang berdering namun tak
mengangkatnya. dan melihat yang menelpon, ternyata Ibunya.
“Ibu?
Ini aku. Apa kau khawatir karena aku begitu lama baru menelepon? Maafkan aku.
Aku tidak bisa menelepon karena aku benar-benar tersesat di Amerika. Mereka
hanya berbicara bahasa Inggris di sini. Kakak….” Eun Sang berusaha menahan air
matanya. “Ia bertambah tinggi dan kulitnya semakin hitam. Ibu tahu kan bahaya
matahari California? Sama seperti batu yang dipanaskan di atas api. “
Ia
mengetuk ponselnya lagi. Eun Sang meminta ibunya tidak khawatir dan
mengingatkan ibunya untuk makan dengan baik dan tidur yang nyenyak. Sambil
berusaha menahan tangisnya, Eun Sang pamit pada ibunya di telepon dan berjanji
akan menelepon kembali.
Disis lain Eun Sang sedih harus berbohong, Ibu
juga sedih.
Tanpa sepengetahuan Eun Sang, Tan tak sengaja mendengar kebohongan Eun Sang
pada ibunya. Tan masuk kamar untuk membawakan sandwich.
Eun Sang protes karna
Tan tidak mengetuk. Tan mengetuk pintu walau udah di dalam dan
memberikan sandwichnya. Tentunya Eun Sang berterima kasih.
“Tidak
perlu berterima kasih, makanan itu bagus untuk ginjal,” ejek Tan.
“Hentikan,”
protes Eun Sang.
Tan
berkata Eun Sang pintar berbohong. Eun Sang baru sadar Tan tadi mendengar
percakapannya dengan ibunya. Kenapa Tan menguping? kata Eun Sang.
Tan berkata ia tidak terbiasa mendengar suara perempuan di rumahnya. Ia melihat
uang 1 dolar di meja samping tempat tidur dan bertanya untuk apa itu. Eun Sang
berkata itu untuk membayar biaya ia memakai telepon.
“Kau ini boros,” ujar Tan.
Eun
Sang cemberut. Ia mengambil penangkap mimpi (yang spertinya jadi icon
drama ini) dari tasnya dan memberikannya pada Tan.
“Ini untuk kamar. Tadinya aku akan menggantungnya di kamarku di Amerika. Tapi
aku akan memberikannya padamu.”
“Kau
tidak sedang membuangnya padaku kan?” ujar Tan. Eun Sang yang kesal hendak
merebutnya kembali. Tapi Tan menghindar dan bertanya benda apa itu.
“Penangkap Mimpi. Untuk tidak mendatangkan mimpi buruk dan hanya hanya mimpi indah yang melewatinya,” jawab Eun Sang.
“Apa gadis-gadis cantik juga akan datang?” tanya Tan. Cape dech
“Kembalikan
padaku,” kata Eun Sang kesal.
Tan tidak mau memberikannya. Ia menyuruh Eun Sang beristirahat dan menghabiskan makanannya dan sekali lagi menggodanya bahwa makanan itu bagus untuk ginjal. Ia tersenyum saat melihat Eun Sang kesal.
"Apakah
dia memberi narkoba pada sandwich ini?" Kata Eun Sang
Tan menggantung Penangkap Mimpi di ambang pintu menuju kolam. Dari
area itu ia bisa melihat kamar Eun Sang.
Eun Sang yang tidak menyadari kalau kamarnya berbatasan langsung dengan area kolam dan pintunya terbuat dari kaca.
Ia sibuk memindahkan kursi untuk mengganjal pintu (puntu masuk dari dalam
rumah). Tan memperhatikan dari luar. Ia tak percaya Eun Sang masih takut bahkan
setelah ia memberinya makanan.
Eun
Sang masih tidak sadar Tan bisa melihatnya dari luar. Ia mulai membuka
pakaiannya untuk berganti pakaian. Uhuk uhuk…Tan langsung tersedak.
Ia berlari kembali masuk ke dalam rumah.
Kepalanya menyentuh dream catcher pemberian Eun Sang. Hmmm…apakah Tan akan
mimpi indah?
Eun
Sang terbangun oleh sinar matahari yang menerpa wajahnya. Awalnya ia agak
bingung ia berada di mana. Kemudian ia melihat ke luar dan terpana.
Eun Sang melangkah keluar ke area kolam. Pemandangan yang sangat indah
terbentang di depannya. Eun Sang tersenyum takjub.
Tan
sedang bersiap untuk ke sekolah. Ia melihat Eun Sang dari balkon. Dan untuk
pertama kalinya dalam hidupnya ia merasakan sesuatu ketertarikan yang belum ia
rasakan sebelumnya.
Eun Sang menoleh ke atas. Melihat Tan sedang menatapnya, Ia menunduk dan tak
berani menatap Tan langsung. Eun Sang akhirnya berani menatap dan mereka saling
pandang.
Tan
turun ke lantai bawah. Eun Sang memuji rumah Tan yang sangat indah. Melihat Tan
membawa tas, ia bertanya Tan mau pergi ke mana. Tan berkata ia akan
sekolah.
“Ternyata kau bukan pengedar narkoba tapi pelajar,” kata Eun Sang tersenyum. Ia
bertanya apakah Tan ke sekolah seperti sekolah yang ada di film-film Amerika?
“Sekolah
apa yang kaumaksud? Sekolah sihir Hogwarts? (Sekolah yang di Harry
Potter). Eun Sang tertawa.
“Kau
tertawa lagi. Apakah kau sering tertawa” kata Tan.
Eun
Sang berkata ia hanya ingin tahu seperti apa sekolah internasional. Ia meminta
Tan menunggu sebentar, ia juga akan pergi.
“Kau
mau ke mana?” tanya Tan kaget. Malah sedikit panik kelihatannya.
Eun
Sang berkata ia harus pergi jika Tan pergi. Ia hanya akan mencuci muka dan
menyikat gigi sebentar.
“Kalau
begitu tinggallah,” kata Tan cepat. Ia meminta Eun Sang tinggal hingga ia
kembali dari sekolah. Dan lagi Eun Sang tidak memiliki tempat tujuan.
Eun
Sang hendak ke tempat kakaknya. Tan berkata restoran tempat Eun Suk bekerja
belum buka, mereka baru buka siang nanti.
“Kalau
begitu….”
“Tidak
ada bis. Orang-orang yang naik bis tidak tinggal di sini.”
“Tapi…”
“Jika
kau tidak nyaman tinggal di sini sendirian, maka ikutlah ke sekolahku.”
Eun
Sang bengong. Tan berkata bukankah Eun Sang ingin tahu seperti apa sekolah
internasional itu.
Eun
Sang ikut dengan Tan. Sepanjang perjalanan Eun Sang tersenyum tapi matanya
silau terkena cahaya matahari. Tan meminjamkan kaca mata hitam. Saat Eun Sang
menolak dengan halus, Tan berkata di sini kacamata hitam bukan aksesoris tapi
kebutuhan.
Eun
Sang memakai kacamata itu. Ia bahkan memberitahu Tan ia akan mengulurkan
tangannya ke luar mobil. Jika ini memalukan bagi Tan ia meminta Tan
memberitahunya.
“Kalau
begitu 1 menit,” kata Tan.
Eun Sang mengulurkan tangannya ke luar mobil (mobil Tan beratap terbuka),
merasakan hembusan angin yang melewatinya. Tan tersenyum dan menoleh melihat
Eun Sang (jgn noleh terus, ntar kecelakaan).
Tan sudah dalam kelas mengikuti pelajaran, gurunya menjelakan setiap kata
memiliki makna. Begitu kita memasukkan perasaan dalam sebuah kata, maka kata
itu jadi bermakna. Contohnya kata pensil akan mengandung arti berbeda jika kita
memikirkannya sebagai pensil untuk kita menulis surat. Ngek.......?
Tan
tidak menyimak kata-kata gurunya. Ia menoleh ke luar tempat Eun Sang duduk
menunggunya.
Pak Guru bertanya kata dalam bahasa Inggris apa yang paling indah di dunia ini menurut survei dari 102 negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris. Para murid menjawab: rainbow, flowers, unicorns, dll.
Pak
Guru berkata kata terindah dalam bahasa Inggris adalah: mother. Tan
terpaku sejenak lalu menuliskan kata itu di bukunya. Kata-kata indah berikutnya
adalah: passion, smile, love, dan eternity.
Lalu apa kata tersedih dalam bahasa Inggris? Ada yang menjawab kematian, pemakaman, dll. Tan tidak menulis lagi tapi wajah Tan terlihat sedih
Sambil
menunggu Tan, Eun Sang melihat buku yang biasa digunakan ibunya untuk
berkomunikasi. Dengan sedih ia melihat tulisan ibunya. DRY CLEANING ONLY.
Berulang-ulang. Mungkin bagi Eun Sang kata mother tersedih di dunia
ini. (karna mengingat ibunya lewat tulisan itu)
Pak Guru menyuruh pada murid mengumpulkan tugas esai. Tan tidak mengumpulkan.
Ia berkata tugasnya tidak untuk diserahkan. Pak Guru menghela nafas panjang dan
bertanya apakah Tan tidak berpikir mungkin saja Tan menemukan tujuan baru jika
mengumpulkan tugasnya. Tan tidak menjawab dan berjalan keluar. Sepertinya
gurunya sudah terbiasa Tan tidak mengumpulkan tugas.
Di
bangku tempat tadi Eun Sang menunggu Tan tidak menemukannya.
Ia mencarinya dan
menemukan Eun Sang sedang berdiri memperhatikan dua siswi berpakaian bagus dan
berbahasa Korea. Tan bertanya apa yang Eun Sang lihat.
“Hanya…anak-anak yang beruntung. Murid internasional asal Korea mengadakan pesta?”
Eun Sang melihat ke arah brosur yang ditempel dua siswi tadi. Brosur itu
mengundang murid-murid ke acara Korean Night. Tan berkata pesta itu tidak
menyenangkan.
Eun
Sang tahu Tan sedang menghiburnya. Ia pamit dan berterima kasih pada Tan karena
telah mengajaknya ke sekolah. Ia menitipkan barang-barangnya pada Tan, nanti
malam ia akan mengambilnya.
Tan
bertanya apakah Eun Sang akan pergi mencari kakaknya. Eun Sang berkata ia harus
mencarinya. Ia harus mengambil uang ibunya. Ia tidak bisa membiarkan kakaknya
menghabiskan uang ibunya untuk pemabuk.
“Kalau
begitu…good bye,” Eun Sang mengangkat tangannya. Lagipula ini Amerika, kan? Eun
Sang berjalan pergi.
“Hai! Apa kau tahu ke arah mana kau harus pergi?” tanya Kim Tan.
“Aku
tahu,” Eun Sang menunjuk ke kanan.
“Benar,” Kim Tan memegang pundak Eun Sang dan menggiringnya ke arah lain. Ia
berkata ia akan pergi dengannya. Keke ke ^_^
Eun
Sang bertanya bukankah Tan masih harus mengikuti pelajaran. Tan menjawab ia
tidak menyukai pelajaran yang ini. Matematika.
“Aku
suka matematika.”
“Kau
pasti tidak waras.”
Keduanya
pergi ke restoran tempat Eun Suk bekerja. Namun Eun Suk sudah berhenti bekerja
dan tidak akan kembali lagi. Tan menjadi penerjemah bagi Eun Sang. Melalui
pelayan lain, Eun Suk menitipkan pesan pada Eun Sang bahwa ia akan menelepon
Eun Sang dan menyuruh Eun Sang kembali ke Korea.
Eun
Sang tak percaya kakaknya benar-benar melarikan diri dengan uang itu.
"Hei,
you’re that girl!” Seru seorang pria bule. “kau adik si ______ itu!”
sensor.....
Rupanya itu adalah pria pemabuk mantan kekasih Eun Suk. Eun Sang bertanya di
mana kakaknya. Tapi pria bule tadi juga sedang mencarinya karena Eun Suk
melarikan uangnya.
Pria
bule itu menghampiri Eun Sang. Tan langsung memiting tangannya.
“Apa
kau juga memukuli kakakku? Kau brengsek!” Eun Sang marah. “Pukul dia!” katanya
pada Tan.
“Kau
tidak perlu mengatakan apa yang aku sudah tahu,” kata Tan tanpa melepaskan si
bule. Ia menendang kakinya hingga pria itu berlutut.
Dari
ujung jalan 2 pria gemuk melihat kejadian itu dan rupanya mereka teman mantan
kekasih Eun Suk. Mereka lari menghampiri. Eun Sang nampak bingung dan takut
“Pada
hitungan ke-3. 1, 2….” kata Tan, belum selesai Tan menghitung, Eun Sang sudah
menariknya untuk melarikan diri. Dua pria gemuk itu mengejar mereka. Mereka
terus berlari (Eun Sang terus memegang tangan Tan hihi.....), sementara kedua
pria gemuk itu mengejar. Ayo terus lari, biar kurus. hehehe^^
Tan pun merasa geli. Sambil tersenyum ia bertanya kenapa mereka melarikan diri.
“Apa
yang kaubicarakan? Kau bilang pada hitungan ke-3…” kata Eun Sang sambil terus
berlari.
“Aku hendak menyuruhmu berdiri di belakangku pada hitungan ke-3,” kata Tan
menghentikan Eun Sang, sehingga menbuat Eun Sang sempoyongan hampir jatuh. Dan
lagi kedua pria itu tidak bisa mengejar mereka dengan nafas ngos2an.
Kedua
pria gemuk makin dekat masih dengan nafas ngos-ngosan. Eun Sang masih
ketakutan.
“I want to kill you!” seru salah dari mereka terengah-engah.
“Kau
bisa katakan itu saat kau bisa menangkapku,” kata Tan dalam bahasa Korea,
sambil berjalan mundur.
“I
swear! I will kill you!”
“Aku
tahu kau ingin melakukanya tapi aku mungkin sudah tua dan mati sebelum kau bisa
melakukannya,” seca Tan lagi dalam bahasa Korea.
“Apa
mereka mengerti bahasa Korea?” tanya Eun Sang heran.
Tan
berkata kedua pria itu tidak akan bisa mendengar suaranya. Ia mengatakan itu
agar Eun Sang tidak takut.
Ponsel
Tan berdering. Dan melihat panggilan “Rachel”.
Senyum di wajah Tan lenyap. Eun Sang berkata saat ini tidak ada waktu untuk
mengangkat telepon dengan wajah takut. Ia meraih tangan Tan, khawatir kedua
pria gemuk itu menyusul mereka.
“Tidak
ada waktu untuk ini sejak kemarin,” kata Tan, tanpa sadar menepis tangan Eun
Sang.
“Aku hanya…..” Eun Sang merasa tak enak hati.
Tan
menyadari kesalahannya. Ia bergurau berkata yang menelepon itu pemesan narkoba
organik.
“Ayo pergi, kali ini kita harus lari,” giliran Tan meraih tangan Eun Sang. Dan
mereka pun berlari meninggalkan dua pria gemuk yang sudah tidak mampu berlari
lag Gimana mau ngejar? pria 1 gak kuat kehausan sering minum, pria 2 kena
asma.... hahahahaaaaa.
Komentar
:
Kim Tan mungkin merasa bosan dengan kehidupannya dengan teman2nya yang kaya. Tapi kasihan dengan ibunya yang menjadi wanita simpanan. Melihat Eun Sang yang dari keluarga tidak punya dan masih bisa tersenyum bahagia serta sifat2 yang lain mengusik kehidupannya. Mungkin awalnya hanya iba atau berfikir sebaliknya. Tapi ketertartarikan itu membuat Tan malindungi Eun Sang dan tetap besikap dingin sama tunangannya.
temen2 tolong dikomentari ya. ni tulisan q yang pertama *_^
BalasHapusmakasih sebelumnya